Strategi Soft War ala Anas

http://assets.kompas.com/data/photo/2013/09/15/1750511Anas-Urbaningrum780x390.JPG

Perseturuan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Anas Urbaningrum yang juga mantan Ketua Demokrat semakin meruncing.Keduanya, mempertontonkan manuvernya dan kekuatannya. SBY dengan power presidennya ditambah partai penguasa, sedangkan Anas Urbaningrum dengan PPInya.Keduanya, tidak kalah telak dan saling melancarkan 'serangan' lewat media. Kemudian diikuti pendukung masing-masing. Jadi pertanyaan publik kapan permasalahan ini berakhir?
Namun saya mau menyoroti manuver yang dilakukan Anas. Meskipun santun namun cukup mampu membuat istana bergetar.
Jauh sebelum kasus Anas Urbaningrum bergulir, kita sudah mengetahui jika Anas bukan politikus sembarang. Dalam pandangan saya, Anas  brilian dalam melakukan kalkulasi politik. Bakatnya mendekati seniornya di HMI, Akbar Tandjung. 
Pasca dijadikannya tersangka kasus dugaan korupsi, nama Anas di mata publik mencuat. Entah cacian ataupun  pujian. Namun di sisi lain sebagai mantan Ketua Demokrat Anas memiliki banyak loyalis yang juga berasal dari organisasi yang sama. Belum lagi selama ini Anas merupakan ketua terkenal pada akar rumput. Setelah dilengserkan lalu Anas mendirikan organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yakni PPI.
Babak baru dimulai. Anas Urbaningrum, yang memposisikan sebagai korban dari konstalasi politik di partai Demokrat, mulai melakukan soft war. Setidaknya ini diawali dari sentilan halus terhadap mantan ketuanya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Belum hilang di kepala kita saat mantan Ketua PB HMI ini menyinggung tentang bunda putri. Meskipun hanya guyoman, namun telah mengusik hati SBY. Ia memanfaatkan komunikasi politik untuk menciptakan serangan yang cukup membuat sang gajah panik.
Lalu bagaimana peluang Anas dalam pertarungan di atas ring politis ini? Walau kecil, saya melihat peluang Anas memenangkan perang terbuka ini masih ada. Di sisi lain waktu yang dimiliki SBY semakin sempit, mengingat kekuasaannya semakin mendekati akhir. Setidaknya, selepas jabatan kepresidenan, kader-kader Demokrat tidak akan terlihat seloyalis seperti sekarang ini. Menurut perspektif pribadi, Anas bisa cukup merepotkan SBY.
Dalam kacamata  saya  Anas sudah berhasil membuat SBY panik dan galau. Sejauh ini SBY bertindak sangat reaktif dengan apa yang Anas lakukan. Hanya saja, opsi ini hanya bisa berjalan selama Anas tidak dijadikan tersangka oleh KPK. Sekarang ini boleh dikatan bahwa Anas memainkan bola lewat organisasi PPI. Meski berstatus tersangka, Anas seringkali muncul di publik, lalu menyinggung SBY.
Meski saat ini Anas semakin terjepit, saya yakin dirinya selalu menghantui SBY. Sebab, bukan tidak mungkin bahwa Anas dan gerbongnya akan melakukan perlawanan dengan cara sopan dan santun. Saya yakin keberanian Anas melawan mantan pimpinannya bukan tanpa alasan. Bisa saja Anas memiliki 'kartu AS' SBY. Indikator ini bisa terlihat setiap ada pernyataan SBY, justru Anaslah yang menyinggung.
Anas memanfaatkan kemampuannya menyindir dan membuat SBY  gerah. Ia bahkan mampu memicu kemarahan SBY yang membuatnya kehilangan konsentrasi terhadap tugas utamanya. Jika amunisi ini cukup berhasil dapat berdampak tidak langsung terhadap kinerja pemerintahan, yang juga berarti memperburuk citra SBY. Jika hal demikian terjadi, maka citra Demokrat juga akan turun dan berimbas pada hasil Pemilu 2014 mendatang.
Hal lain perlu dicermati yakni strategi Anas mengcounter apa yang ditunduhkan SBY. Segala permasalahan terkait kasus yang menimpa Anas ditanggapi gerbongnya di PPI. Ini menandakan bahwa Anas memperlihatkan kemampuannya dalam mengorganisir loyalisnya, yang tidak akan menyerah membelanya, meskipun dalam posisi tersangka. Mereka akan terus melakukan perlawanan, walaupun nantinya Anas masuk dalam penjara. Namun dampaknya tidak semata-mata untuk memenangkan peperangan terhadap Ketua Umum, namun juga mengoyang Partai Demokrat kaena berpotensi terhadap tergrogotinya suara Demokrat 2014 mendatang, dibawa lari oleh para loyalist Anas.
Di sisi lain sang Ketua Umum berusaha semaksimal mungkin menghilangkan antek-antek Anas. Intinya, antara SBY dengan Anas akan saling berperan sesuai dengan kapasitasnya. Namun, satu hal perlu dipertanyakan, sampai kapan perseturuan mereka berakhir. Namun saya salut dengan seorang Anas, yang sebagaimana pengakuanya bukan siapa-siapa, yang efektif melakukan soft war dan membuat orang nomor satu di Republik ini bereaksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar