Karateristik Jokowi vs Prabowo=Tergantung Rakyat



Pasca Pemilu 4 April lalu yang memenangkan PDIP versi hitung cepat membuat konstalasi politik berubah. PDIP yang menjadi pemenang pemilu versi hitungan cepat terlebih dahulu mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon Presiden. Begitu pula Gerindra yang menempati urutan ketiga. Jauh-jauh sebelumnya sudah menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Dengan demikian Pemilu Presiden yang akan digelar 9 Juli 2014 mendatang sudah dipastikan menjadi pertarungan dua capres yaitu Jokowi dan Prabowo.
Beberapa lembaga survei menetapkan Jokowi dan Prabowo sebagai Capres dengan elektabilitasnya tertinggi dibandingkan capres lain, semisal Aburizal Bakrie. Meskipun memiliki daya tarik yang hampir seimbang, namun kedua capres ini memiliki perbedaan mencolok. Seperti dua sisi mata uang. Perbedaan ini menurut saya patut diinformasikan agar masyarakat dapat menentukan siapa yang layak memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Keunggulan
Dari analisa saya, Prabowo dengan latar belakang militernya selalu berusaha menampilkan citra kegagahan dan ketegasan, sebagaimana yang ditampilkannya saat kampanye Gerindra di Gelora Bung Karno. Saya kira pemimpin ke depan membutuhkan seorang sosok yang gagah dan berani. Persoalan penampilan tidak bisa dipandang enteng
Di sisi lain, Jokowi dengan latar belakang sipilnya selalu terlihat sederhana. Baju kemeja yang dikeluarkan bagian bawah, lengan tergulung, berjalan kaki. Jauh dari kesan kemewahan seorang pemimpin. Namun Jokowi dengan gaya blusukan merupakan fenomena dalam kepemimpinan nasional.
Kehadiran Jokowi memberi arti, seorang pemimpin tidak perlu menonjolkan sikap resmi seperti terjadi di Era Orde Baru. Seorang pemimpin harus mampu memasuki kehidupan masyarakat papa. Harus mau merasakan apa yang diderita rakyat. Bukan  menunggu laporan dari bawahan. Hal inilah yang membuat elektabilitas Jokowi meroket meninggalkan lawan-lawannya.
Lahirnya perbedaan lain menurut saya karena Jokowi lahir dari keluarga yang sederhana. Menyebabkan dirinya selalu mengedepankan kesederhanaan. Berbeda dengan Prabowo yang lahir dari yang seorang ekonom Prof Dr Sumitro. Pernah masuk dalam jajaran Cendana atau penguasa. Kehidupan yang serba mewah membuat dirinya selalu tampil dengan tegak serta pakaian yang elegan. Namun di balik kemewahannya Prabowo memiliki kepekaan terhadap masyarakat. Terlihat dari aktivitasnya keseharian yang gemar turun ke pasar-pasar serta pinggir kota.
Menurut saya kedua pemimpin ini telah memperlihatkan bagaimana mereka mahami kehidupan masyarakat menengah ke bawah. Tinggal bagaimana keduanya mamu menyakinkan dan mencuri hati rakyat. Lagi-lagi kita masih harus menunggu tanggal 9 Juli mendatang.
Jenjang Karier
Hal yang paling menyolok menurut saya yakni karier keduanya. Jokowo lahir di Solo berlatar belakang sipil. Gaya kepemimpinan yang sederhana berhasil memikat masyarakat Solo untuk memilihnya sebagai walikota selama dua periode.
Berbanding terbalik dengan Prabowo yang memiliki jenjang karier di militer. Pengalamannya sebagai pimpinan di tubuh TNI cukup memberi arti tersendiri. Sama dengan Jokowi dikenal di kalangan masyarakat, Prabowo juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas dan memperhatikan bawahannya.
Saya kira dari segi karier memang beda, namun keduanya mampu memberi kesejahteraan kepada bawahannya. Hanya saja yang berbeda adalah kondisi. Jokowi kelihatan sederhana memang karena dirinya sipil. Prabowo tegas karena memang dalam militer diperlukan ketegasan.
Jejak Rekam
Dua Capres memiliki jejak rekam yang berbeda. Track record Jokowi yang bersih dari lembaran hitam menjadi modal utama dalam pertarungan mendatang. Jokowi belum tersentuh hukum dan belum terindikasi terlibat dalam kasus korupsi. Modal semacam ini juga menjadi kekuatan Jokowi.
Berbeda dengan Prabowo. Mantan Pangkostrad ini disebut-sebut terlibat dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (Ham) yakni penculikan aktivis. Isu sebenarnya masih harus ditelaah baik-baik, mengingat saat itu Prabowo harus menerapkan standar operasional keamanan yang berlaku. Artinya tindakan Prabowo sebagai cara mengamankan negara. Dan Prabowo juga membantah menghabisi  aktivitas. Ia mengaku telah melepaskan orang-orang yang pernah ditangkap oleh bawahannya.
Kekayaan
Dalam hal kekayaan saya kira Prabowo memang lebih unggul. Wajar tentunya, sebab Prabowo terlahir dalam keluarga kaya dan pernah menjadi bagian dari rezim Cendana serta memiliki bisnis. Tak salah jika dirinya sanggup mengunakan kendaraan Lexus seharga miliaran, dan memelihara banyak kuda di lahan miliknya yang nilainya miliaran rupiah. 
Berbeda dengan Jokowi yang berlatarbelakang keluarga sederhana dan pengusaha mebel. Maka kendaraan Jokowi, Kijang Inova tidak menembus harga sembilan digit.
Dukungan Parpol
Dari segi dukungan Parpol, saya kira Jokowi memiliki keunggulan. Partai pendukungnya, PDIP, meraih suara 18,90% versi hitungan cepat. Sedangkan Gerindra yang mengusung Prabowo hanya meraih suara 11,80%.
Kita tidak bisa mematok bahwa dukungan parpol bisa dikatakan Jokowi sebagai pemenang. Namun kedua partai tersebut sama-sama mengalami peningkatan dukungan suara. Pada pemilu 2009 lalu PDIP hanya menempati urutan ketiga dan saat ini menjadi nomor satu. Gerindra bahkan cukup melesat. Dari partai peringkat paling akhir di parlemen 2009 lalu sekarang ini naik menjadi urutan ketiga.
Raihan suara Gerindra tidak bisa diingkari hasil Prabowo efek. Berbeda dengan Jokowi, yang dianggap tidak terlalu signifikan pengaruhnya dalam perolehan suara kali ini. Intinya, partai pengusung sama-sama memiliki prestasi yang luar biasa.
Dukungan internasional
Satu hal yang patut jadi pertimbangan adalah dukungan luar negeri. Saya melihat keduanya agak berbeda. Jokowi saya melihat lebih cenderung mendapat dukungan dari Amerika Serikat serta beberapa negara lainnya. Dukungan internasional merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan presiden di RI. Berbeda dengan Prabowo. Jika saya tidak salah, Prabowo pernah lama tinggal di Negara Yordania. Meski tidak terlalu tampak, akan tetapi Yordania juga menjadi negara yang patut diperhitungkan yang siap mendukung kepempimpinan Prabowo.
Kesimpulan
Dari analisa di atas, saya berkesimpulan bahwa kedua Capres sama-sama memiliki kemampuan dan kapabilitas. Jokowi yang dikenal dengan blusukannya memang suatu hal wajar karena orang nomor satu di DKI Jakarta sudah terbiasa dengan hal demikian. Namun jangan paksakan Jokowi untuk tampil dengan gagah seperti Prabowo yang begitu perkasa. Begitupula, dari kemampuan memimpin. Keduanya adalah sosok pemimpin yang disegani bawahannya.
Jadi kesimpulannya adalah, biarkan rakyat memilih siapa yang terbaik. Biarkan rakyat menentukan pilihannya. Jika bangsa ini mau dipimpin sosok sederhana seperti Jokowi, yang mengendepankan kesederhanaan tidak jadi masalah. Sosok pemimpin ke depan harus mampu menjalin komunikasi langsung dengan rakyat yang dipimpinnya. Begitu pula, penampilan dan jejak seperti Prabowo. Sikap tegas harus menjadi kualitas seorang pemimpin jika ingin membawa perubahan. Penampilan yang gagah serta falsafat yang pro rakyat menjadi modal Prabowo membawa bangsa Indonesia menjadi Macan Asia.
Namun semuanya tergantung pada keinginan rakyat. ***

Jokowi Capres dan Elektabilitas Caleg Sulsel



Keputusan PDIP pusat menunjuk Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menjadi calon presiden memberti arti tersendiri. Keputusan tersebut tentunya akan memberi efek terhadap Calon Legislatif (Caleg) yang sedang mencari simpatik . 
Seperti prediksi sebelumnya, PDIP menentukan pilihannya kepada mantan Walikota Solo ini menjadi calon presiden terbukti juga. Secara meyakinkan, Puan Maharani membacakan surat pemberian mandat kepada Jokowi, Jumat (14/3) kemarin.
Lantas bagaimana peta kekuatan politik setelah ditunjuknya Jokowi sebagai calon presiden?
Saya kira langkah tersebut sudah diprediksi sebelumnya. Dari segi peluang saya kira sudah tepat PDIP menunjuk gubernur yang suka blusukan ini. Diusungnya Jokowi, saya prediksi, bakal meningkatkan suara PDIP. Elektabilitas Jokowi selama ini terus melonjak, bahkan hingga melebihi angka 40 persen dan penetapan Jokowi dapat mendorong perbaikan citra partai di mata pemilih.
Untungkan Caleg Sulsel
Satu hal yang menarik kita simak di balik pencalonan Jokowi sebagai calon presiden yakni keberadaan caleg PDIP di daerah. Menurut saya pencalonan Jokowi akan memberi efek yang sangat besar. Pencalonan tersebut akan menambah amunisi caleg PDIP dalam pertarungan. Meski Jokowi baru satu kali datang ke Sulsel pasca pelantikan Gubernur DKI, namun popularitas Jokowi terus melonjak.
Tak bisa disangkal Jokowi muncul menjadi sosok panutan di Sulsel lewat gaya kepemimpinannya yang sering diberitakan media massa. Keputusan partai berlambang banteng tersebut, bakal dan harus dimanfaatkan caleg PDIP di Sulsel meraup suara. Jika dilihat dari peroleh suara PDIP di tahun 2009, partai yang dipimpin Zainal Basri Palaguna ini hanya meraih 3 kursi  di DPRD Provinsi, begitupula di DPRD Makassar hanya 2 kursi. Dengan adanya pencalonan tersebut diperkirakan mampu mendongkrak popularitas PDIP di Sulawesi Selatan.

Sulsel, Yasin Limpo, Jalan Mulus dan Perbankkan



Perkembangan sarana dan prasarana di Sulawesi Selatan (Sulsel) cukup pesat dari tahun ke tahun. Kondisi demikian agak berbeda kondisi dua provinsi yang lainnya yakni Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Sulawesi Utara (Sulut). Hal itu terlihat dari fakta di lapanngan. Di Sultra misalnya, banyak sekali daerah atau wilayah yang infrastruktur jalannya sangat memprihatinkan. Seperti di Kolaka hingga daerah terpencil. Betapa tidak? Daerah yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sultra ini seringkali jadi cemohan masyarakat. Pembangunan infrastruktur utamanya jalan sampai ke pelosok desa tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Kondisi demikian juga terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng) sejumlah jalan rusak menghiasi provinsi. Tidak hanya terjadi di daerah pedesaan akan tetapi pusat kota juga sering ditemui kondisi yang hampir sama. Beruntunglah di Sulawesi Selatan (Sulsel). Propinsi yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo (SYL) ini terus melakukan pembenahan segala bidang, termasuk infrastruktur. Sejak memipin Sulsel, tage line Don't Stop Komandan ini berhasil memajukan Sulsel utamanya infrastruktur jalan. Sepanjang Jalan Makassar hingga Pinrang yang juga perbatasan dengan Sulbar kondisinya sangat baik.
Kondisi jalan baik membuat Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung pekan lalu memberikan apresiasi tersendiri terhadap pembangunan di Sulsel. Khususnya sektor sarana dan prasarana infrastruktur.
Terima Kasih Perbankkan
Apa kunci Sulsel sehingga andal dalam infrastruktur? Salah satu penyebabnya yakni dukungan dari perbankan. Hal itu terlihat dari realisasi kredit konstruksi terus membumbung tinggi. Dari data yang diperoleh bahwa kredit konstruksi Sulsel tumbuh 9,94%. Saya melihat kinerja proyek konstruksi di Sulsel selama 2013 lalu mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Itu terlihat dari realisasi kredit sektor konstruksi yang terus mengalami penaikan. Tahun lalu, kinerja pertumbuhan kredit tumbuh sekitar 9,94%.
Berdasarkan data yang dihimpun bahwa terjadi pertumbuhan secara signifikan terhadap usaha sektor jasa konstruksi. Ini menandakan bahwa perbankan sangat peka dan menganggap konstruksi menjadi lahan bisnis yang terus dikembangkan. Peranan sektor konstruksi memberi andil yang cukup besar terhadap pertumbuhan roda perekonomian Sulsel.
Berdasarkan data perbankan Bank Umum Sulsel, angka kredit di sektor konstruksi Sulsel naik sebesar 9,94% (yoy) pada Desember 2013. Pada Desember 2010 angka kredit konstruksi sebesar Rp2,678,566 terus mengalami penguatan. Sebesar Rp3,127,318 pada Desember 2011, Rp3,847,959 di Desember 2012 dan Rp4,230,583 T di Desember 2013.
Sebagai gambaran, angka kredit konstruksi dimulai bulan Maret 2013 sebesar Rp3,83 triliun Juni sebesar Rp4,04 triliun, September Rp4,404 triliun Oktober Rp4,173,29 triliun, November Rp4,168,26 triliun, dan Desember sebanyak Rp4,2 triliun.Walaupun di Oktober 2013 terjadi penurunan, namun diakhir tahun 2013, kembali terjadi peningkatan angka kredit konstruksi.
Pembangunan di Sulsel tidak hanya dilakukan bagian Utara, akan tetapi merata sampai di Selatan meliputi Gowa, Takalar, Jeneponto hingga Bantaeng. Saya kira apa yang dilakukan SYL merupakan terobosan yang sulit tertandingi gubernur lainnya.
Hasilnya juga tidak hanya dirasakan masyarakat Sulsel, akan tetapi pemerintah juga ikut bangga. Raihan pertumbuhan ekonomi 7,90 persen merupakan sumbangan dari sektor konstruksi. Mudah-mudahan ke depan SYL terus melakukan pembangunan. Satu lagi proyek infrastruktur jalan yang akan dibangun yakni di Kabupaten Bone menghubungkan Maros yakni poros Camba yang terkenal terjang jalanan. Tahun depan proyek tersebut sudah mulai dikerjakan. Jika jalanan tersebut rampung yakin bahwa Sulsel akan lebih maju.

Mampukah SBY Dongkrak Pertanian Sulsel



http://www.fajar.co.id/politik/__icsFiles/afieldfile/2014/02/17/sby.jpg
resmi Presiden RI SBY dan Ibu Ani Yudhoyono berserta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II melakukan panen padi di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Sulawesi Selatan, Sabtu, 22 Agustus lalu memberi arti tersendiri terhadap motivasi petani meningkatkan sektor pertanian. Saat berkunjung orang nomor satu di Indonesia mengharapkan agar pertanian di Sulsel khususnya di daerah terus dikembangkan. Namun, apa yang menjadi keinginan SBY belum bisa terwujud. Pasalnya, sektor perbankan yang diharapkan menggerakkan usaha pertanian kini ogah membiayai usaha pertanian.
Perbankan yang diharapkan penggerak sektor pertanian malah kurang agresif di sektor ini. Padahal, pertanian jadi primadona Sulsel. Data dari Bank Indonesia (BI) wilayah Sulampua bahwa share kredit sektor pertanian tidak sebanding dengan potensi pertanian yang ada di Sulsel. Share kredit sektor pertanian hanya mencapai 1,71 persen. Dari Rp80,5 triliun kredit secara keseluruhan, sektor pertanian hanya mendapat kredit sebesar Rp1,3 triliun. Angka tersebut jauh berbanding terbalik dengan potensi pertanian yang ada di Sulsel. Ini berarti bahwa perbankan sangat berhati-hati dalam menyalurkan kredit sektor pertanian.Saya kira share yang masih tergolong rendah seakan membuyarkan keinginan SBY dalam rangka menggenjot sektor pertanian yang ada di Sulsel.
Saya berpendapat seharusnya perbankan lebih gesit memberi porsi ke sektor pertanian yang menjadi kekuatan atau komoditi Sulsel. Sektor pertanian mesti digenjot terkait pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Bank Syariah Paling Kecil
Bukan hanya perbankan umum ogah menyalurkan kredit pertanian, akan tetapi bank umum syariah juga demikian. Justru paling parah. Betapa tidak, share kredit pertanian khusus perbankan hanya 0,05 persen.  Data terakhir  yang terhimpun bahwa total kredit pertanian bank syariah hanya sekitar Rp3,01 miliar atau sekitar 0,05 persen dari realisasi kredit sektor pertanian (lokasi proyek) mencapai Rp5,6 triliun. Hal ini menandakan bahwa perbankan syariah belum memberi prioritas utama sektor pertanian. Ada kecenderungan pengereman kreditb di sektor ini disebabkan karena faktor resiko. Padahal, sektor pertanian memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Sulsel merupakan daerah memiliki sejumlah komoditas pertanian.
Melalui tulisan saya ini saya berharap ke depan bank syariah juga bisa berperan aktif terhadap perkembangan pertanian.
Sekadar diketahui luas lahan pertanian di Sulsel saat ini mencapai 526.000 hektar area (Ha). Namun patut juga dikhawatirkan alih fungsi lahan terus dilakukan akan menurunkan produksi padi dan tidak bagus untuk hasil produksi. Jika terjadi konversi 1% setiap tahun di Sulsel, setidaknya akan terjadi kekurangan 5.260 ha per tahun. Sekarang bisa dilihatkan bagaimana sawah yang berada di pinggir jalan hilang dan menjadi rumah atau pembangunan. Jika ini terus berlanjut maka Sulsel yang masuk daerah tidak rawan pangan bisa masuk daerah rawan pangan karena produksinya akan berkurang.Saya pikir Perbankkan turut mendukung aksi konversi ini dengan memberikan prioritas terhadap sektor non pertanian, sehingga bisnis properti, industri berkembang yang nota bene memanfaatkan lahan-lahan pertanian.
Panen raya yang dilakukan Presiden dan Ibu Negara, lahan pertanian yang akan dipanen seluas 100 Ha dari 1200 Ha lahan yang ada di Sidrap jangan hanya sekali saja, akan tetapi keberlanjutan ke depan harus diperhatikan. Tentunya keinginan tersebut hanya bisa terwujud jika pertanian mendapat dukungan dari perbankan. Perbankan jangan hanya melirik sektor perdagangan, akan tetapi harus memberi porsi lebih banyak sektor pertanian. Akhir kata diharapkan kunjungan ini perbankan ke depan memberi porsi lebih banyak ketimbang sektor perdagangan. (***)