
resmi Presiden RI SBY dan Ibu Ani Yudhoyono berserta sejumlah menteri Kabinet
Indonesia Bersatu (KIB) II melakukan panen padi di Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap) Sulawesi Selatan, Sabtu, 22 Agustus lalu memberi arti tersendiri
terhadap motivasi petani meningkatkan sektor pertanian. Saat berkunjung orang
nomor satu di Indonesia mengharapkan agar pertanian di Sulsel khususnya di
daerah terus dikembangkan. Namun, apa yang menjadi keinginan SBY belum bisa
terwujud. Pasalnya, sektor perbankan yang diharapkan menggerakkan usaha
pertanian kini ogah membiayai usaha pertanian.
Perbankan
yang diharapkan penggerak sektor pertanian malah kurang agresif di sektor ini.
Padahal, pertanian jadi primadona Sulsel. Data dari Bank Indonesia (BI) wilayah
Sulampua bahwa share kredit sektor pertanian tidak sebanding dengan potensi
pertanian yang ada di Sulsel. Share kredit sektor pertanian hanya mencapai 1,71
persen. Dari Rp80,5 triliun kredit secara keseluruhan, sektor pertanian hanya
mendapat kredit sebesar Rp1,3 triliun. Angka tersebut jauh berbanding terbalik
dengan potensi pertanian yang ada di Sulsel. Ini berarti bahwa perbankan sangat
berhati-hati dalam menyalurkan kredit sektor pertanian.Saya kira share yang masih
tergolong rendah seakan membuyarkan keinginan SBY dalam rangka menggenjot
sektor pertanian yang ada di Sulsel.
Saya
berpendapat seharusnya perbankan lebih gesit memberi porsi ke sektor pertanian
yang menjadi kekuatan atau komoditi Sulsel. Sektor pertanian mesti digenjot terkait
pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Bank Syariah Paling Kecil
Bukan
hanya perbankan umum ogah menyalurkan kredit pertanian, akan tetapi bank umum
syariah juga demikian. Justru paling parah. Betapa tidak, share kredit
pertanian khusus perbankan hanya 0,05 persen.
Data terakhir yang terhimpun
bahwa total kredit pertanian bank syariah hanya sekitar Rp3,01 miliar atau
sekitar 0,05 persen dari realisasi kredit sektor pertanian (lokasi proyek)
mencapai Rp5,6 triliun. Hal ini menandakan bahwa perbankan syariah belum
memberi prioritas utama sektor pertanian. Ada kecenderungan pengereman kreditb di
sektor ini disebabkan karena faktor resiko. Padahal, sektor pertanian memiliki
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Sulsel merupakan daerah memiliki
sejumlah komoditas pertanian.
Melalui
tulisan saya ini saya berharap ke depan bank syariah juga bisa berperan aktif
terhadap perkembangan pertanian.
Sekadar
diketahui luas lahan pertanian di Sulsel saat ini mencapai 526.000 hektar area
(Ha). Namun patut juga dikhawatirkan alih fungsi lahan terus dilakukan akan
menurunkan produksi padi dan tidak bagus untuk hasil produksi. Jika terjadi
konversi 1% setiap tahun di Sulsel, setidaknya akan terjadi kekurangan 5.260 ha
per tahun. Sekarang bisa dilihatkan bagaimana sawah yang berada di pinggir
jalan hilang dan menjadi rumah atau pembangunan. Jika ini terus berlanjut maka
Sulsel yang masuk daerah tidak rawan pangan bisa masuk daerah rawan pangan
karena produksinya akan berkurang.Saya pikir Perbankkan turut mendukung aksi
konversi ini dengan memberikan prioritas terhadap sektor non pertanian,
sehingga bisnis properti, industri berkembang yang nota bene memanfaatkan
lahan-lahan pertanian.
Panen
raya yang dilakukan Presiden dan Ibu Negara, lahan pertanian yang akan dipanen
seluas 100 Ha dari 1200 Ha lahan yang ada di Sidrap jangan hanya sekali saja,
akan tetapi keberlanjutan ke depan harus diperhatikan. Tentunya keinginan
tersebut hanya bisa terwujud jika pertanian mendapat dukungan dari perbankan.
Perbankan jangan hanya melirik sektor perdagangan, akan tetapi harus memberi
porsi lebih banyak sektor pertanian. Akhir kata diharapkan kunjungan ini
perbankan ke depan memberi porsi lebih banyak ketimbang sektor perdagangan.
(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar