
Selama
2013 Sulsel disuguhi berbagai macam peristiwa politik menakjubkan. Betapa
tidak, dua tokoh sentral dunia politik saling beradu. Syahrul Yasin Limpo (SYL)
dan Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Keduanya tidak ada yang mau kalah. SYL yang
disebut petarung sejati lewat Partai Golkar berkuasa di Sulsel, begitupula IAS
lewat Partai Demokrat. Namun, dalam perjalanannya selama satu tahun keduanya
satu kali menang dan satu kali kalah.
Kemenangan
pertama diraih Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) pada Pilgub 22
Januari lalu. Sepuluh bulan kemudian IAS membalasnya pada Pilwalkot September
yang mengusung Danny Pomanto-Syamsu Rizal (DIA) berhasil mengalahkan Supomo
Guntur-Kadir Halid (Suka) diusung Partai Golkar, begitupula adik kandungnya,
Irman Yasin Limpo-Busrah Abdullah (Noah).
Bukan
hanya itu sepanjang tahun ini selain pertarungan antara guru dan murid, hal
yang luar biasa yakni pemilihan regulator. Yakni anggota KPU baik Sulsel maupun
Makassar, begitupula tim seleksinya.
Berikut
ini kami sengaja mengulasi balik pertempuran kedua gajah ini begitupula seleksi
komisioner dan KPUnya.
Pertarungan Pertama
Awal
tahun 2013 boleh dikata sebagai puncak perseturuan dari beberapa pertarungan
sebelumnya. Tepatnya, 22 Januari 2013 saat Pilgub digelar. Dimana incumbent Syahrul
Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu'mang (Sayang) meraih kemenangan pertama di awal
tahun. Pasangan nomor urut dua ini berhasil mengalahkan dua rivalnya, Ilham Arief
Sirajuddin-Abd Aziz Qahhar Mudzakkar (IA) dan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir
Pasinringi (Garuda-Na).
Seperti
janji Komandan bahwa Pilgub ini hanya satu putaran terbukti. Dari hasil
rekapitulasi suara Sayang meraih 2.251.407 suara atau 52,42 % dari 4.294.960
suara sah. Sedangkan pasangan nomor urut
1, IA meraih 1.785.580 suara (41,57 %). Pasangan nomor urut 3, Garuda-Na,
meraih 257.973 suara (6,01%).
Dalam
catatan Upeks mengungkapkan hasil rekapitulasi manual (real count) KPU Sulsel
tak jauh berbeda dengan prosentase hitung cepat (quick count) yang diumumkan lima
lembaga survei dan konsultan politik (Lembaga Survei Indonesia, Indobarometer,
Celebes Research Center (CRC), Adhyaksa Supporting House, dan Jaringan Survei Indonesia
(JSI) 4 jam setelah pencoblosan.
Meski
diwarnai aksi protes, namun tidak mempengaruhi perolehan suara. Intinya Sayang
menang. Tak puas dengan hasil, kubu Ilham-Aziz menyatakan akan menggugat hasil Pilkada
Sulsel ke MK.
Berselang
beberapa hari pasca penetapan Sayang, kubu Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar
Mudzakar menggugat hasil ketetapan KPUD Sulsel yang memenangkan Cagub-Cawagub
Incumbent, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang dengan raihan suara
2.251.407 atau 52,42 persen.Ilham menganggap hasil pengumpulan bukti-bukti di
24 kabupaten dan kota. IA yakin timnnya menemukan adanya penyimpangan dengan
memobilisasi aparat birokrat yang berhasil mempengaruhi hasil perolehan
suaranya.
Ilham
pun melayangkan surat gugatan ke MK, Senin (4/2). Ketua Demokrat ini
menyebutkan upaya gugatan hasil Pilkada merupakan bagian dari tahapan proses
Pilkada dan pendidikan politik warga. Namun, pada akhirnya Mahkamah Konstitusi
(MK) tetap menolak gugatannya. Dan dinyatakan Sayang memenangkan pertarungan.
Patut diapresiasi IA kalah itu. Setelah gugatannya ditolak dengan legowo menerima
hasil Pilgub. Berselang beberapa bulan kemudian Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
Gamawan Fauzai mengambil sumpah jabatan Gubernur Sulsel 2013-2018 terpilih,
Syahrul
Yasin Limpo dan Wakil Gubernur Agus ArifinNu'mang Senin, 8 April 2013. Pasca
pelantikan baik Syahrul maupun IA memperlihatkan sikap mesra. Bahkan keduanya
menganggap Pilgub sudah tidak ada lagi masalah. Ilham pun mengakui kepemimpinan
Sayang jilid dua.
Begitupula
SYL kembali 'merangkul' IA yang juga dianggapnya kader petarung. Sikap yang
diperlihatkan keduanya patut diacungi jempol. Masyarakat Sulsel pun menganggap
kedua tokoh tersebut adalah petarung sejati yang mau menerima kekalahan dan
kemenangan.
Pertarungan Kedua
Kemesraan
itu hanya berjalan satu bulan. Lagi-lagi keduanya dipertemukan dalam rana
politik yakni Pemilihan Wali Kota Makassar (Pilwalkot) September.
Seperti
pendekar yang tak mau kalah keduanya kembali bertarung diPilwalkot Makassar.
Ilham yang tak mau kalah di Makassar masih menjabat Wali Kota Makassar kembali memperlihatkan
kemampuannya. Setelah melalui perdebatan dan pertimbangan elektabilitas, Partai
Demokrat akhirnya mengusung Danny Pomanto-Syamsu Rizal (DIA). Sedangkan, SYL
secara institusi yakni Partai Golkar mengusung pasangan Supomo Guntur-Kadir
Halid (Suka), namun takbisa dinafikkan bahwa SYL juga memberi dukungan ke adeknya,
Irman Yasin Limpo-Busra Abdullah (Noah).
Sikap
SYL yang seakan-akan mendua dimanfaatkan Ilham Arief Sirajuddin (IAS) membalas
kekalahan. Partai Demokrat resmi mengusung DIA. Meski pada awalnya banyak kader
Demokrat yang menolak, namun pengalaman politik yang dimiliki IA berhasil mempersatukan
kader Demokrat mulai dari tingkat RT hingga Makassar Ilham dengan tegas mengusung
DIA.
Hasilnya
meyakinkan. DIA memenangkan pertarungan. Ilham pun bergembira. Alhasil KPU
Makassar,menggelar rapat pleno rekapitulasi hasil suara Pilwalkot Makassar, di
Gedung PKK, Rabu (25/9) memutuksan pasangan nomor urut 8, Danny Pomanto-Syamsu
Rizal (DIA) sebagai pemenang Pilwalkot hanya dengan satu putaran saja denganperolehan
suara 182.484 atau sekitar 31,18%.
Meski
sempat terjadi insiden walk out dari saksi pasangan nomor urut 2 Supomo
Guntur-Kadir Halid (SuKa), dan nomor 9 Irman 'None' Yasin Limpo-Busrah Abdullah
(NOAH) namun proses rekapitulasi ini relatif berjalan lancar. Adapun hasil rekapitulasi
tingkat kota PilwalkotMakassar yakni 1. Adil Patu-Isradi Zainal: 14.556, 2. Supomo
Guntur-Kadir Halid : 84.153, 3. Rusdin Abdullah-Idris Patarai : 23.846, 4.
Herman Handoko-Latief Bafadhal : 2.930, 5. Erwin Kallo-Hasbi Ali : 5.489, 6.
Tamsil Linrung-Das’ad Latif : 93.868, 7.
Muhyina
Muin-Syaiful Saleh : 56.607, 8. Danny Pomanto-Syamsu Rizal : 182.484, 9. Irman
Yasin Limpo-Busrah Abdullah : 114.032, 10. Apiaty Amin Syam-Zulkifli Gani Ottoh
: 7.326. Dari Jumlah DPT 983.990 dari total pemilih 592.299, suara sah 585.291 dan
suara tidak sah 7.008.
Seperti
Pilgub lalu. Kubu SYL melayangkan surta gugatan ke MK. Suka dan Noah mengaku
banyak kecurangan Pilwalkot. Kedua pasangan ini serta pasangan lainnya menggugat
hasil Pleno KPU yang menetapkan pasangan Danny
Pomanto-Syamsu
Rizal (DIA) sebagai Walikota-Wakil Walikota Makassar terpilih ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Saat
gugatan berlangsung baik Ilham maupun SYL tak henti-hentinya mengeluarkan
statemen politik. Keduanya kembali saling sindir. Ilham dengan tegas
mengatakan,siapa pun mengganggu Pilwalkot akan berhadapan dengannya. Pernyataan
tersebut membuat gerakan politik SYL menggeliat.
Namun
apa yang dilakukan SYL hasilnya nihil. Gugatan mereka ditolak mentah-mentah MK
yang kalah itu dilanda isu suap mantan MK, Akil Mochtar. Dengan tegas MK memutuskan
gugatan yang dilontarkan Noah dan Suka tidak terbukti. Itu berarti DIA
dinyatakan pemenang Pilwalkot.
Pasca
kemenangan DIA, baik IA maupun SYL kembali memperlihatkan sikap kesatrianya.
Keduanya saling mengakui. Setiap kali ada pertemuan kedua tokoh sentral tersebut
kembali saling menyangjung dan memperlihatkan bahwa diantara keduanya tidak ada
masalah lagi.
Menyoroti KPU
Lagi-lagi
tinggalkan Pilkada, mari membangun daerah. Saat Pilkada berjalan damai, muncul
permasalahan di publik yakni Tim Seleksi
(Timsel) KPU Sulsel yang diketuai Dr Adi Suryadi Culla. Adi yang juga pengamat politik
tak henti-hentinya mendapat sorotan dari publik saat melakukan seleksi anggota
KPU. Banyak yang menganggap bahwa Timsel sarat kepentingan Partai Politik.
Sorotan
ini ditengarai karena adanya aksi kongkalikong antara panitia dan peserta untuk
meloloskan orang-orang tertentu. Pansel yang diumumkan dianggap mengagetkan. Sebab,
secara mendadak tanpa terbuka di media massa. Seperti anjing menggongong kapila
berlalu. Pepatah itulah diarahkan kepada Timsel. Meski banyak sorotan, namun
tim akhirnya menetapkan lima anggota KPU Sulsel.
Yakni
Faisal Amir, Mardiana Rusli, Iqbal Latif, Haerul Manan, dan Misnawati. Setelah
itu, mereka memutuskan Iqbal Latief sebagai ketua KPU Sulsel. Belum berjalan dua
bulan institusi yang dipercaya menjadi regulator penyelenggara pemilu ini
lagi-lagi mendapat sorotan tajam dari publik. Betapa tidak, tiga bulan sudah dilantik
belum ada kinerja yang diperlihatkan. Iqbal Latief yang dipercaya memimpin
jarang masuk kantor, meskipun gaji dan tunjangan mereka tetap berjalan.
Kondisi
demikian diakui Sekretaris KPU Sulsel, Annas GS. Putra kelahiran Jeneponto ini
tak bosan-bosannya berteriak ke media terkait ketidakhadiran Iqbal Latief.
Meski
akhirnya Iqbal Latief kembali aktif setelah mendapat sorotan dari publik.
Di
penghujung tahun permasalahan kembali terjadi. Yakni Timsel Komisioner KPU
Makassar. Tim yang dipimpin Prof Armin Arsyad ini tak henti-hentinya mendapat
sorotan dari publik. Tidak hanya kalangan mahasiswa, akan tetapi akademisi pun
meragukan integritas timsel. Sejak awal tim ini disorot publik. Puncaknya
seleksi 10 besar.
Hampir
tiap hari kritikan datang dari publik. Sebab, dari 10 nama tersebut terdapat
calon komisioner yang dianggap bermasalah. Yakni Rahmah Sayyed yang kala itu masih
menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Lolosnya Rahma
Saiyed, pada 10 besar calon Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota
Makassar menjadi tanda tanya berbagai kalangan. Pasalnya, Rahmah tidak memiliki
integritas yang kuat. Sebab, telah melanggar sumpah jabatan yang diucapkan saat
pelantikan sebagai Komisioner KPID Sulsel. Itulah satu salah satu dari sekian
banyak tudingan publik. Meski mendapat sorotan akhirnya Timsel meloloskan
Rahmah Sayyed sebagai lima besar anggota KPU Makassar.
Puncaknya,
dua hari lalu Rahmah dilantik bersama dengan KPUD daerah. Apapun hasilnya
sebagai warga negara kita harus terima kerja keras Timsel. Kritikan yang
dialamatkan kepada Timsel merupakan suatu proses dalam kehidupan demokrasi.
Rakyat berharap anggota KPU baik di tingkat daerah terlebih-lebih Kota Makassar
bekerja secara maksimal. Tantangan menunggu di depan. Pemilu rencana digelar
April
2014 mendatang merupakan ujian berat kepada anggota KPU. Mudah-mudahan target
70 persen partisipasi pemilih bisa tercapai. Begitupula riak-riuk pilgub dan pilwalkot.
Masyarakat berharap SYL dan IA tetap memperhatikan sikap kesatria dalam
bertarung. Saling mengkritisi merupakan hal wajar saat memperebutkan kekuasaan.
Akhir kata kritikan dijadikan sebagai cambuk memperbaiki diri. (***)