Beberapa
lembaga survei menetapkan Jokowi dan Prabowo sebagai Capres dengan elektabilitasnya
tertinggi dibandingkan capres lain, semisal Aburizal Bakrie. Meskipun memiliki daya
tarik yang hampir seimbang, namun kedua capres ini memiliki perbedaan mencolok. Seperti dua sisi mata uang. Perbedaan ini menurut saya patut diinformasikan agar
masyarakat dapat menentukan siapa yang layak memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Keunggulan
Dari
analisa saya, Prabowo dengan latar belakang militernya selalu berusaha
menampilkan citra kegagahan dan ketegasan, sebagaimana yang ditampilkannya saat
kampanye Gerindra di Gelora Bung Karno. Saya kira pemimpin ke depan membutuhkan
seorang sosok yang gagah dan berani. Persoalan penampilan tidak bisa
dipandang enteng
Di
sisi lain, Jokowi dengan latar belakang sipilnya selalu terlihat sederhana. Baju
kemeja yang dikeluarkan bagian bawah, lengan tergulung, berjalan kaki. Jauh
dari kesan kemewahan seorang pemimpin. Namun Jokowi dengan gaya blusukan merupakan fenomena dalam kepemimpinan nasional.
Kehadiran
Jokowi memberi arti, seorang pemimpin tidak perlu menonjolkan sikap resmi
seperti terjadi di Era Orde Baru. Seorang pemimpin harus mampu memasuki
kehidupan masyarakat papa. Harus mau merasakan apa yang diderita rakyat.
Bukan menunggu laporan dari bawahan. Hal inilah yang membuat elektabilitas
Jokowi meroket meninggalkan lawan-lawannya.
Lahirnya
perbedaan lain menurut saya karena Jokowi lahir dari keluarga yang sederhana. Menyebabkan dirinya selalu mengedepankan
kesederhanaan. Berbeda dengan Prabowo yang lahir dari yang seorang ekonom Prof
Dr Sumitro. Pernah masuk dalam jajaran Cendana atau penguasa. Kehidupan
yang serba mewah membuat dirinya selalu tampil dengan tegak serta pakaian yang elegan.
Namun di balik kemewahannya Prabowo memiliki kepekaan terhadap masyarakat. Terlihat dari aktivitasnya keseharian yang gemar turun ke pasar-pasar
serta pinggir kota.
Menurut
saya kedua pemimpin ini telah memperlihatkan bagaimana mereka mahami
kehidupan masyarakat menengah ke bawah. Tinggal bagaimana keduanya mamu
menyakinkan dan mencuri hati rakyat. Lagi-lagi kita masih harus menunggu
tanggal 9 Juli mendatang.
Jenjang Karier
Hal
yang paling menyolok menurut saya yakni karier keduanya. Jokowo lahir di Solo
berlatar belakang sipil. Gaya kepemimpinan yang sederhana berhasil memikat masyarakat
Solo untuk memilihnya sebagai walikota selama dua periode.
Berbanding
terbalik dengan Prabowo yang memiliki jenjang karier di militer. Pengalamannya
sebagai pimpinan di tubuh TNI cukup memberi arti tersendiri. Sama dengan Jokowi
dikenal di kalangan masyarakat, Prabowo juga dikenal sebagai sosok pemimpin
yang tegas dan memperhatikan bawahannya.
Saya
kira dari segi karier memang beda, namun keduanya mampu memberi kesejahteraan kepada
bawahannya. Hanya saja yang berbeda adalah kondisi. Jokowi kelihatan sederhana
memang karena dirinya sipil. Prabowo tegas karena memang dalam militer
diperlukan ketegasan.
Jejak Rekam
Dua
Capres memiliki jejak rekam yang berbeda. Track
record Jokowi yang bersih dari lembaran hitam menjadi modal utama dalam
pertarungan mendatang. Jokowi belum tersentuh hukum dan belum terindikasi terlibat
dalam kasus korupsi. Modal semacam ini juga menjadi kekuatan Jokowi.
Berbeda
dengan Prabowo. Mantan Pangkostrad ini disebut-sebut terlibat dalam kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia (Ham) yakni penculikan aktivis. Isu sebenarnya
masih harus ditelaah baik-baik, mengingat saat itu Prabowo harus menerapkan standar
operasional keamanan yang berlaku. Artinya tindakan Prabowo sebagai cara
mengamankan negara. Dan Prabowo juga membantah menghabisi aktivitas. Ia mengaku telah melepaskan orang-orang
yang pernah ditangkap oleh bawahannya.
Kekayaan
Dalam
hal kekayaan saya kira Prabowo memang lebih unggul. Wajar tentunya, sebab
Prabowo terlahir dalam keluarga kaya dan pernah menjadi bagian dari rezim Cendana
serta memiliki bisnis. Tak salah jika dirinya sanggup mengunakan kendaraan
Lexus seharga miliaran, dan memelihara banyak kuda di lahan miliknya yang
nilainya miliaran rupiah.
Berbeda
dengan Jokowi yang berlatarbelakang keluarga sederhana dan pengusaha mebel.
Maka kendaraan Jokowi, Kijang Inova tidak menembus harga sembilan digit.
Dukungan Parpol
Dari
segi dukungan Parpol, saya kira Jokowi memiliki keunggulan. Partai pendukungnya,
PDIP, meraih suara 18,90% versi hitungan cepat. Sedangkan Gerindra yang
mengusung Prabowo hanya meraih suara 11,80%.
Kita
tidak bisa mematok bahwa dukungan parpol bisa dikatakan Jokowi sebagai
pemenang. Namun kedua partai tersebut sama-sama mengalami peningkatan dukungan
suara. Pada pemilu 2009 lalu PDIP hanya menempati urutan ketiga dan saat ini menjadi
nomor satu. Gerindra bahkan cukup melesat. Dari partai peringkat paling akhir
di parlemen 2009 lalu sekarang ini naik menjadi urutan ketiga.
Raihan
suara Gerindra tidak bisa diingkari hasil Prabowo efek. Berbeda dengan Jokowi, yang
dianggap tidak terlalu signifikan pengaruhnya dalam perolehan suara kali ini.
Intinya, partai pengusung sama-sama memiliki prestasi yang luar biasa.
Dukungan internasional
Satu
hal yang patut jadi pertimbangan adalah dukungan luar negeri. Saya melihat
keduanya agak berbeda. Jokowi saya melihat lebih cenderung mendapat dukungan
dari Amerika Serikat serta beberapa negara lainnya. Dukungan internasional
merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan presiden di RI. Berbeda
dengan Prabowo. Jika saya tidak salah, Prabowo pernah lama tinggal di Negara
Yordania. Meski tidak terlalu tampak, akan tetapi Yordania juga menjadi negara
yang patut diperhitungkan yang siap mendukung kepempimpinan Prabowo.
Kesimpulan
Dari
analisa di atas, saya berkesimpulan bahwa kedua Capres sama-sama memiliki
kemampuan dan kapabilitas. Jokowi yang dikenal dengan blusukannya memang suatu hal wajar karena orang nomor satu di DKI
Jakarta sudah terbiasa dengan hal demikian. Namun jangan paksakan Jokowi untuk tampil
dengan gagah seperti Prabowo yang begitu perkasa. Begitupula, dari kemampuan
memimpin. Keduanya adalah sosok pemimpin yang disegani bawahannya.
Jadi
kesimpulannya adalah, biarkan rakyat memilih siapa yang terbaik. Biarkan rakyat
menentukan pilihannya. Jika bangsa ini mau dipimpin sosok sederhana seperti
Jokowi, yang mengendepankan kesederhanaan tidak jadi masalah. Sosok pemimpin ke
depan harus mampu menjalin komunikasi langsung dengan rakyat yang dipimpinnya.
Begitu pula, penampilan dan jejak seperti Prabowo. Sikap tegas harus menjadi kualitas
seorang pemimpin jika ingin membawa perubahan. Penampilan yang gagah serta falsafat
yang pro rakyat menjadi modal Prabowo membawa bangsa Indonesia menjadi Macan Asia.
Namun
semuanya tergantung pada keinginan rakyat. ***