Melejitnya Dollar AS dan Nasib UKM



 http://www.rimanews.com/sites/default/files/imagecache/article/rupiah-dollar_9.jpg
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengandalkan 60 persen material impor, terancam berkinerja kurang memuaskan apabila kurs rupiah tembus di angka Rp12.000 per dolar Amerika Serikat (USD). Menurut saya industri yang paling terkena dampaknya yaitu mereka yang menggunakan skema kontrak jangka pendek antara 1-2 bulan.
Sementara mereka yang menggunakan skema kontrak perdagangan jangka panjang minimal enam bulan, bisa terselamatkan. Sepengetahuan saya industri yang menggunakan skema kontrak jangka pendek cukup banyak jumlahnya.
UKM yang Merana
Industri UKM harus menanggung kerugian cukup besar akibat tidak stabilnya nilai tuka rupiah terhadap USD.Nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg sore ini ( 7/1)berada di level Rp12.018/USD. Posisi ini melemah 132 poin dari penutupan kemarin di level Rp11.886/USD. Masih berdasarkan data Bloomberg, rupiah pagi ( 8/1) tadi dibuka pada level Rp11.880/USD. Adapun, posisi rupiah terkuat hari ini di level Rp11.858/USD dan terlemah di level Rp12.028/USD. Data yahoofinance mencatat, mata uang domestik hari ini (8/1)  di level Rp11.995/USD, dengan kisaran harian Rp11.885-11.988/USD. Posisi ini terkoreksi signifikan 110 poin dari penutupan sore kemarin di level Rp11.885/USD.  Sangat besar pengaruh baik untuk pelaku usaha besar maupun terhadap pelaku UMKM.
Kondisi demikian saya khawatirkan membuat pelaku UMKM tidak mampu membeli bahan baku impor, dan memilih menghentikan usahanya sebagai langkah terakhir. Atau bisa saja pelaku UKM yang bahan bakunya impor bisa beralih atau membanting usaha.
Saya beranggapan, apabila rupiah tidak kunjung membaik akan terjadi kekhawatiran akan terjadi perlambatan impor. Tak bisa dipungkiri bahwa melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pada akhirnya turut mempengaruhi keberlangsungan usaha kecil menengah (UKM) pada umumnya di Indonesia, dan pada khususnya di Sulsel.
Sesungguhnya menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah memberikan dampak positif terhadap aktivitas ekspor Indonesia, namun pada kenyataannya pelaku UKM dihadapkan dengan kondisi melonjaknya sejumlah harga bahan baku di pasaran sehingga mereka terpaksa menaikkan harga jual produknya ke konsumen.Bila memutuskan kenaikan harga, pertanyaannya adalah apakah kemudian dapat diserap konsumen.

Jangan-jangan keputusan tersebut mengakibatkan pembeli berkurang. Tentu ini resiko yang mungkin terjadi. Di sisi lain daya beli masyarakat juga berpotensi mengalami penurunan menurun akibat kondisi perekonomian yang belum menentu. Belum lagi pemerintah di awal tahun ini berencana menaikan harga LPG. Meski kemudian direvisi  tapi harga barang sudah terlanjur naik.
Bila kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut, saya prediksi jumlah permintaan konsumen juga akan ikut berkurang. Akibatnya banyak pelaku UKM yang terkapar lalu banting stir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar