Pesta
demokrasi semakin dekat. Jika dihitung berdasarkan jadwal Komisi Pemilihan Umum
(KPU), bisa dikata bahwa caleg hanya memiliki waktu kurang lebih empat bulan
melakukan sosialisasi. Jika caleg hanya
berdiam diri tanpa kelakukan gerakan bisa dipastikan mereka akan tersingkir.
Meski demikian jika empat bulan dimanfaatkan caleg melakukan sosialisasi,
kumumgkinan masih terlambat. Namun jika memanfaatkan media sebagai alat
sosialisasi secara efektif, saya kira caleg akan meraih simpatik dari
masyarakat.
Jika
saya tidak salah bahwa ada keterbatasan caleg mengsosialisasikan diri lewat
media massa seiring terbitnya PKPU No 15 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam aturan tersebut caleg
diperbolehkan sosialisasi iklan hanya saat masa kampanye, kurang lebih 3 bulan menjelang pemilihan legislatif. Namun aturan tersebut masih memberi celah yakni
tidak adanya larangan khusus di media sosial. Seperti facebook, twitter ataukah
blog. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa peluang meraih suara lewat media sosial
terbuka lebar.
Memanfaatkan Media Online
Seperti
kita ketahui bahwa media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
melalu blog, jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Saya kira media harus
dimanfaatkan caleg mengefektifkan sosialisasi kepada masyarakat. Sebab, saat ini teknologi internet dan mobile phone makin maju, maka media
sosial pun ikut tumbuh dengan pesat, kondisi ini mesti dimanfaatkan caleg yang
ingin bertarung duduk di parlemen.
Peluang
ini terbuka lebar mengingat mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile
phone.
Demikian
cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena
besar terhadap arus informasi. Karena kecepatannya media sosial juga mulai
tampak menjadi alternatif menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Menurut
saya bahwa media sosial mempunyai keunggulan. Diantaranya, pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja, namun bisa
keberbagai banyak orang. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding
media lainnya.
Kemajuan
teknologi di era globalisasi akan membawa perubahan besar, terlebih munculnya
jejaring sosial, seperti facebook dan twitter, sehingga masyarakat pun
memanfaatkan kepentingannya, antara lain untuk strategi kampanye politik
utamanya caleg. Hal ini tentunya harus
diketahui caleg ingin bersaing menuju kursi terhormat.
Alasan
tersebut sangat mendasar karena dari segi jangkauan lebih efektif yang mampu
menyapa setiap pengguna dan berbiaya jauh lebih murah dibanding dengan media
konvensional. Sehingga para praktisi politik dan kandidat parlemen (legislatif)
banyak memanfaatkan kesempatan ini.
Hanya
caleg yang mampu memanfaatkan kesempatan bisa dipastikan lolos. Jika saya
mengamati bahwa pesta demokrasi mendatang dipastikan sangat ketat.
Mungkin sosial media dapat diberdayakan menjadi salah
satu faktor penentu kemenangan para Caleg ini.
Namun
demikian efektivitas pemanfaatan media sosial buat Caleg ditentukan oleh
pemahaman sang Caleg terhadap apa yang dinamakan dengan dunia online. Banyak
pertanyaan dan respon spontan yang muncul dari kalangan anak-anak muda
komunitas di dunia maya ini. Mayoritas pemakai dunia maya adalah anak-anak
muda. Spontanitas dalam berkomunikasi sering tidak terduga-duga. Mereka begitu
bebas mengekspresikan tentang apa saja, untuk siapa saja karena pola interaksi
yang bersifat impersonal. Siapa yang benar-benar kenal dengan identitas
orang-orang di dunia maya itu? Karena identitas sering dianggap tidak penting
bagi komunitas dunia maya. Akan tetapi, justru data impersonal tersebut membuat
keberanian masyarakat Indonesia dalam mengkritik seakan-akan tergandakan.
Kemenangan
Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat dalam dua periode karena dibantu
dengan jejaring sosial seperti twitter, blog, dan facebook. Terpilihnya Obama
sebagai Presiden AS tidak lepas dari upaya tim suksesnya yang menggunakan
strategi berkampanye melalui internet. Selain untuk menggalang dukungan suara
teryata kampanye online yang dilakukan oleh tim sukses Obama adalah untuk
mendulang dana dari masyarakat. Terbukti kampanye melalui internet dan jejaring
sosial sangat efektif dan berpengaruh luas.
Di
Indonesia hal tersebut sudah digunakan tetapi sebagai pelengkap. Hal ini
terjadi karena melihat jumlah pengguna internet. Jumlah pengguna internet di
Indonesia per akhir tahun 2012 mencapai 61,08 juta orang.Angka tersebut naik
sekitar 10 persen ketimbang tahun 2011, sedangkan di Amerika pengguna
internetnya mencapai 245 juta, menempati posisi kedua setelah China. Tetapi
Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan pengguna internet yang subur. Ke
depannya caleg harus berfikir untuk
menggunakan media internet dan jejaring sosial sebagai salah satu strategi
kampanye yang efektif. Selain efektif, media internet ini juga dapat menghemat biaya
kampanye.
Sisi Lain Kampanye Online
Menguasai
komunikasi publik adalah salah satu kunci untuk memenangkan kompetisi di dunia
politik, dan saat ini salah satu chanel yang efektif adalah media
sosial.Gerakan atau kegiatan politik dengan memanfaatkan sosial media juga kini
banyak digunakan oleh para politisi di Indonesia, seperti pada saat pilkada di
Jakarta beberapa waktu lalu yang akhirnya dimenangkan oleh Jokowi dan Ahok.
Kemenangan tersebut juga ditunjang dengan handalnya kampanye di sosial
media.Kini, para politisi mulai melek untuk memanfaatkan media sosial apalagi
menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden pada 2014.
Bukan
hanya itu, kemenangan Jokowi-Ahok tak terlepas dari manajemen timnya berhasil
memanfaatkan media sosial sebagai alat memperkenalkan diri di media sosial.
Hampir setiap menit bahkan detik ada berita terkait program kerja yang
dilakukan. Masyarakat juga sangat meersponnya. Sebab, melalui media sosial
seperti facebook, twitter, serta blog, pemiih tidak membutuhkan dana membeli
informasi. Cukup hanya di rumah atau di tempat kerja membuka internet, program
kerja bisa diketahui.
Keberhasil
media sosial tidak hanya terjadi di Amerika dan Jakarta. Di Sulawesi Selatan
(Sulsel) juga demikian. Pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'man
(Sayang) juga menjadikan media sosial sebagai alternatif kampanye. Tim mereka telah
bekerja secara maksimal menyampaikan informasi kepada pemilih. Walhasil
pasangan yang diusung Partai Golkar-PAN ini berhasil mengungguli lawannya yakni
Ilham Arief Siajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar yang diusung Partai Demokrat dan Rudiyanto Asapa-Andi Nawir diusung Gerindra.
Meski
demikian media sosial memiliki kelemahan yang harus diperhatikan setiap caleg
yang ingin bertarung.
Pertama,
media sosial terkadang tidak memperhatikan lokasi. Misalnya, facebook
mengupload ke seluruh teman. Tidak semua teman berhak memilihnya. Olehnya itu,
saya mengusulkan agar memperhatikan kelas atau lokasi yang ingin diberikan
informasi. Makanya, seorang caleg terlebih dahulu melakukan deferensiasi lokasi
teman dalam facebook begitupula twitter.
Kedua,
caleg atau tim sukses harus juga memperhatikan umur calon pemilih. Misalnya,
kalangan anak mudah harus diberikan materi sesuai apa yang dibutuhkan.
Begitu pula orang tua cocoknya materi apa disukai. Insya Allah jika itu
dilaksanakan, saya optimis caleg bisa duduk di parlemen tanpa mengeluarkan biaya
yang terlalu besar. Mudah-mudahan sukses.
Manteep sob artikelnya :)
BalasHapushttp://apotekherbalkita.com/cara-agar-tubuh-langsing-dan-sehat/